Azzami 0 Posted December 14, 2020 Share Posted December 14, 2020 (edited) Ada kasus. Seseorang selama hidupnya orangtuanya selalu durhaka. Dia insaf setelah orangtuanya meninggal. Lantas, bagaimana cara dia berbakti kepada orangtuanya? Apakah dia bisa meminta maaf kepada orangtuanya yang sudah meninggal? Edited December 14, 2020 by Azzami Quote Link to post Share on other sites
Miromly 0 Posted December 15, 2020 Share Posted December 15, 2020 Pertanyaan ini mirip sekali dengan yang pernah ditanyakan kepada Imam as-Samarqandi. Dalam Durratun Nashihin (hlm. 47) disebutkan: سئل الامام الفقيه ابو اللية السمرقندي عن الوالدين إذا ماتا ساخطين على الولد هل يمكن ان يرضيهما بعد وفاتهما؟ Imam yang berkompeten dalam bidang fikih, yakni Abu Laila as-Samarqandi pernah ditanya perihal orangtua. Pertanyaannya begini, "Bila orangtua meninggal, sedangkan anaknya durhaka, bisakah mendapat rida orangtua setelah kematiannya?" قيل يمكن بثلاثة اشياء: Beliau menjawab, "Bisa, dengan tiga cara," yaitu: اولها ان يكون صالحا.. والثاني ان يصل قرابتهما او اصدقائهما.. والثالث ان يستغفر لهما ويدعو لهما و يتصدق لهما.. DIa harus menjadi orang saleh Silaturahmi dengan sanak-famili Memintakan ampunan orangtua, mendoakan keduanya, dan bersedekah yang pahalanya dihadiahkan kepada kedua orangtua. Ini sangat masuk akal. Karena dalam sebuah hadis, Rasulullah menyamakan orang mati dengan orang yang tenggelam. Tentunya, mereka menunggu pertolongan. Nah, pertolongan kepada orang mati ialah menolong dengan doa. Bila ini dilakukan, maka orang mati itu bahagianya minta ampun. Sebagaimana disebutkan oleh Syekh Nawawi, Banten dalam Nihayatuz-Zain (hlm. 281): رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ مَا الْمَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إِلَّا كَالْغَريقِ الْمُغَوَّثِ-بِفَتْحِ الْوَاوِ الْمُشَدَّدَةِ أَيْ الطَّالِبِ لِأَنْ يُغَاثَ-يَنْتَظِرُ دَعْوَةً تَلْحُقُهُ مِنِ ابْنِهِ أَوْ أَخِيهِ أَوْ صَدِيقٍ لَهُ فَإِذَا لَحِقَتْهُ كَانَتْ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا “Diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Tidak ada mayit yang berada dalam kuburnya kecuali ia seperti orang tenggelam yang meminta pertolongan—kal ghariqil mughawwats dengan diharakati fathah pada huruf wawunya yang bertasdid, yaitu orang yang meminta pertolongan—ia menunggu setetes doa yang yang dikirimkan anaknya, saudara, atau temannya. Karenanya ketika ia mendapatkan doa, maka hal itu lebih ia sukai dibanding dunia dengan seluruh isinya,’” Quote Link to post Share on other sites
Recommended Posts
Nimbrung dalam diskusi
Anda dapat memposting sekarang dan mendaftar nanti. Jika Anda memiliki akun, masuk sekarang untuk mengepos dengan akun Anda.